Fitnah Akhir Zaman

FITNAH AHLAS, SARRA’, DAN DUHAIMA’

 

عَنْ عُمَيْرِ بْنِ هَانِئٍ الْعَنْسِيِّ ، قَالَ : سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ ، يَقُولُ : كُنَّا قُعُودًا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ ، فَذَكَرَ الْفِتَنَ فَأَكْثَرَ فِي ذِكْرِهَا حَتَّى ذَكَرَ فِتْنَةَ الْأَحْلَاسِ ، فَقَالَ قَائِلٌ : يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا فِتْنَةُ الْأَحْلَاسِ ؟ قَالَ : ” هِيَ هَرَبٌ وَحَرْبٌ ، ثُمَّ فِتْنَةُ السَّرَّاءِ ، دَخَنُهَا مِنْ تَحْتِ قَدَمَيْ رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يَزْعُمُ أَنَّهُ مِنِّي ، وَلَيْسَ مِنِّي ، وَإِنَّمَا أَوْلِيَائِي الْمُتَّقُونَ ، ثُمَّ يَصْطَلِحُ النَّاسُ عَلَى رَجُلٍ كَوَرِكٍ عَلَى ضِلَعٍ ، ثُمَّ فِتْنَةُ الدُّهَيْمَاءِ ، لَا تَدَعُ أَحَدًا مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ إِلَّا لَطَمَتْهُ لَطْمَةً ، فَإِذَا قِيلَ : انْقَضَتْ ، تَمَادَتْ يُصْبِحُ الرَّجُلُ فِيهَا مُؤْمِنًا ، وَيُمْسِي كَافِرًا ، حَتَّى يَصِيرَ النَّاسُ إِلَى فُسْطَاطَيْنِ ، فُسْطَاطِ إِيمَانٍ لَا نِفَاقَ فِيهِ ، وَفُسْطَاطِ نِفَاقٍ لَا إِيمَانَ فِيهِ ، فَإِذَا كَانَ ذَاكُمْ فَانْتَظِرُوا الدَّجَّالَ ، مِنْ يَوْمِهِ ، أَوْ مِنْ غَدِهِ ” أبو داود

Dari ‘Umair bin Hani Al ‘Ansiy. Ia berkata: Aku mendengar ‘Abdullah bin ‘Umar berkata: “Pada suatu hari kami sedang duduk bersama Rasulullah –shallallahu ‘alayhi wa sallam-. Beliau memberikan peringatan tentang fitnah-fitnah (ujian di akhir zaman) yang banyak bermunculan, sampai beliau menyebutkan Fitnah Ahlas, seseorang bertanya : “Wahai Rasulallah, apa yang dimaksud fitnah ahlas? Beliau menjawab : “Yaitu fitnah pelarian dan peperangan. Kemudian  Fitnah Sarra’, kotoran atau asapnya berasal dari bawah kaki seseorang dari Ahlubaitku, ia mengaku bagian dariku, padahal bukan dariku, karena sesungguhnya waliku hanyalah orang-orang yang bertaqwa. Kemudian manusia bersepakat pada seseorang seperti bertemunya pinggul di tulang rusuk, kemudian Fitnah Duhaima’ yang tidak membiarkan ada seseorang dari umat ini kecuali dihantamnya. Jika dikatakan : ‘Ia telah selesai’, maka ia justru berlanjut, di dalamnya seorang pria pada pagi hari beriman, tetapi pada sore hari men­jadi kafir, sehingga manusia terbagi menjadi dua kemah, kemah keimanan yang tidak mengandung kemunafikan dan kemah kemunafikan yang tidak mengandung keimanan. Jika itu sudah terjadi, maka tunggulah kedatangan Dajjal pada hari itu atau besoknya. [HR. Abu Dawud]

 

Fitnah Akhir Zaman

FITNAH AHLAS

Kata Ahlas merupakan bentuk plural dari kata “hilsun ” atau “halasun”, yaitu alas pelana atau kain di punggung unta yang berada di bawah pelana. Fitnah ini diserupakan dengan alas pelana karena ada persamaan dari sisi terus menerus menempel / terjadi.

Tentang realita fitnah Ahlas ini, sebagian ada yang berpendapat bahwa ia sudah terjadi semenjak zaman para sahabat, dimana Al Faruq ‘Umar bin Al Khaththab adalah merupakan dinding pembatas antara kaum Muslim­in dengan fitnah ini, sebagaimana yang diterangkan Nabi Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam ketika beliau berkata kepada ‘Umar: “Sesungguhnya antara kamu dan fitnah itu terdapat pintu yang akan hancur.”[HR. Bukhari dan Muslim]

Dan sabda Rasul Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam ini memang menjadi kenyataan dimana ketika ‘Umar baru saja meninggal dunia, hancurlah pintu tersebut dan terbukalah fitnah ini terhadap kaum Muslimin dan ia tidak pernah berhenti sampai sekarang.

FITNAH SARRA’

Adapun Fitnah Sarra’, Imam Ali Al Qaari menyatakan ; yang di maksud dengan fitnah ini adalah nikmat yang menyenangkan manusia, berupa kesehatan, kekayaan, selamat dari musibah dan bencana. Fitnah ini di sambungkan dengan Sarra’ karena terjadinya di sebabkan oleh kemaksiatan, karena kehidupan yang bermewah mewah yang hal tersebut menyenangkan musuh dalam artian umat Islam jadi terlena dengan kehidupan tersebut sehingga apabila agamanya di hina tidak ada sedikitpun terdetik di hatinya untuk membelanya (jika dirinya, keluarganya di hina, golongannya atau benderanya di hina ia akan cepat naik darah. Akan tetapi jika pada gilirannya Allah dan RasulNya di hina, Islam dihina dan dilecehkan, banyak darah kaum muslimin yang tertumpah sia sia ia diam seribu bahasa, sedikitpun tidak ada pembelaan sampai do’apun tidak). Demikian Imam Ali Al Qaari menjelas fitnah tersebut.

Di antara realita fitnah Sarra’ adalah : merebaknya kejahatan, pembunuhan, perzinaan, khamr, dan musik. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam :

لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ، وَلَيَنْزِلَنَّ أَقْوَامٌ إِلَى جَنْبِ عَلَمٍ يَرُوحُ عَلَيْهِمْ بِسَارِحَةٍ لَهُمْ، يَأْتِيهِمْ يَعْنِي الْفَقِيرَ- لِحَاجَةٍ فَيَقُولُونَ: ارْجِعْ إِلَيْنَا غَدًا، فَيُبَيِّتُهُمُ اللهُ وَيَضَعُ الْعَلَمَ وَيَمْسَخُ آخَرِيْـنَ قِرَدَةً وَخَنَازِيرَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

“Akan datang pada umatku beberapa kaum yang menghalalkan zina sutra, khamr (minuman keras) dan alat musik, dan sungguh akan menetap beberapa kaum di sisi gunung, di mana (para pengembala) akan datang kepada mereka dengan membawa gembalaannya, datang kepada mereka -yakni si fakir- untuk sebuah keperluan, lalu mereka berkata, ‘Kembalilah kepada kami esok hari.’ Kemudian Allah menghancurkan mereka pada malam hari, menghancurkan gunung dan merubah sebagian mereka menjadi kera dan babi sampai hari Kiamat.” [Shahiih al-Bukhari, kitab al-Asyrubah, bab Ma Jaa-a fiiman Yastahillul Khamra wa Yusammihi bighairi Ismihi (X/51, Al Fath]

Ibnu Hazm rahimahullah menyebutkan bahwa hadits ini Munqathi, tidak bersambung (sanadnya) antara al-Bukhari dan Shadaqah bin Khalid. Namun Al ‘Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah membantahnya dengan beberapa rincian. Wallahu a’lam

Juga sabda Rasul:

عَنْ ‏ ‏أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ‏ ‏قَالَ ‏: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏: ‏إِنَّ ‏ ‏مِنْ ‏ ‏أَشْرَاطِ السَّاعَةِ ‏ ‏أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ وَيَثْبُتَ الْجَهْلُ وَيُشْرَبَ الْخَمْرُ وَيَظْهَرَ الزِّنَا . رواه البخاري ومسلم.

Daripada Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu katanya; Sabda Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam: “Sesungguhnya antara tanda-tanda kiamat itu ialah; diangkat ilmu (agama), tersebar kejahilan (terhadap agama), arak diminum (secara berleluasa), dan zahirnya zina (secara terang-terangan)”. [Riwayat Al Bukhari no. 78 dan Muslim no. 4824]

Terjadinya fitnah sarra’ ini diawali oleh seorang yang secara nasab bersambung kepada Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam (Ahlul Bait). Namun perilakunya yang menyebabkan bencana ini menjadikannya tidak bisa dianggap bagian darinya.

Beliau juga mengatakan bahwa boleh jadi yang dimaksud “yaz’umu annahu minni” adalah mengklaim bahwa apa yang dikerjakan adalah datang dari Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, meskipun jika dilihat dzahir nash-nya adalah benar-benar mengaku secara nasab.


FITNAH DUHAIMA’

Jika untuk kedua fitnah di atas Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam hanya menjelaskan secara singkat, maka untuk Fitnah Duhaima beliau saw memberikan penjelasan yang lebih rinci. Ada beberapa ciri khusus dari fitnah ini yang tidak dimiliki oleh fitnah sebelumnya.

  1. Fitnah ini akan menghantam semua umat islam (lebih khusus lagi pada bangsa Arab). Tidak seorangpun dari warga muslim yang akan terbebas dari fitnah ini. Beliau menggunakan lafadz “lathama” yang bermakna menghantam, atau memukul bagian wajah dengan telapak tangan (menempeleng/menampar). Kalimat ini merupakan gambaran sebuah fitnah yang sangat keras dan ganas.
  2. Fitnah ini akan terus memanjang, dan tidak diketahui oleh manusia kapan ia akan berakhir. Bahkan ketika manusia ada yang berkata bahwa fitnah itu sudah berhenti, yang terjadi justru sebaliknya; ia akan terus memanjang dan sulit diprediksi kapan berhentinya. Inilah maksud ucapan beliau : Jika dikatakan : ‘Ia telah selesai’, maka ia justru berlanjut.
  3. Efek dahsyat yang ditimbulkan oleh fitnah ini, yaitu munculnya sekelompok manusia yang di waktu pagi masih memiliki iman, namun di sore hari telah menjadi kafir. Ini merupakan sebuah gambaran tentang kerasnya fitnah tersebut.
  4. Terbelahnya manusia (muslim) dalam dua kelompok/kemah besar. Satu kelompok berada di kemah keimanan dan kelompok lainnya berada di kemah kemunafiqan.

Untuk lebih jelasnya, mudah-mudahan uraian di bahwa ini bisa menyingkap misteri yang masih menyelimuti fitnah ini.

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam menggambarkan bahwa fitnah ini bersifat menghantam seluruh umat ini (hadzihi ummah). Umat yang dimaksudkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam dalam hadits tersebut sudah pasti bermakna umat Islam. Namun, apakah ia khusus untuk bangsa Arab (dimana yang diajak bicara oleh Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam saat itu adalah para sahabat yang merupakan orang Arab) ataukah berlaku umum untuk seluruh manusia?  Jika melihat keumuman lafadz, maka kedua makna tersebut adalah benar adanya. Fitnah tersebut bisa menimpa kepada setiap muslim baik Arab maupun ‘ajam, sebab dalam nash tentang hadits fitnah Duhaima’ Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam tidak menyebut lafadz khusus Bangsa Arab. Lalu, fitnah seperti apa yang pernah menimpa seluruh umat Islam dan terkhusus umat Islam dari bangsa Arab?

1.    Fitnah Ghazwul Fikri (perang ideologi)

Pengaruh asing, dari mulai filsafat Yunani, sekularisme, liberalisme, atau demokrasi, merajalela di seluruh belahan bumi Arab secara khusus, dan umat Islam secara umum. Bahkan hingga kini, berbagai macam isme ini telah menggantikan syari’at Islam dalam setiap lini kehidupan, sehingga tidak ada satupun yang sanggup keluar darinya. Ini merupakan ciri khas fitnah Duhaima’ sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah. Begitupun bahwa fitnah ini dapat menyebabkan murtadnya seseorang dari diinil Islam karena berpalingnya mereka dari ajaran yang haqiqi serta terjadi dalam waktu yang sangat panjang yang tidak bisa ditentukan kapan berakhirnya.

2.   Fitnah “Terorisme”

Kita lihat fakta di lapangan hari ini, bahwa Fitnah Terorisme memiliki beberapa kesamaan sifat dan ciri dengan fitnah duhaima’. Fitnah Terorisme juga memakan waktu yang sangat panjang. Dulu orang memperkirakan hanya akan memakan waktu sekitar 6 tahun saja, akan tetapi hingga saat ini juga masih berlangsung .

Ciri fitnah duhaima’ selanjutnya, menjadikan manusia mudah murtad. Demikian pula fitnah terorisme hari ini yang dengan mudahnya orang melakukan kemutadan. Sedangkan kemutadan yang paling mencolok dari fitnah terorisme hari ini adalah loyalitas kepada orang orang kafir serta tolong menolong dengan mereka dalam memerangi umat Islam. Sehingga Umat Islam terpecah menjadi dua kubu ; Kubu mukmin dan kubu munafiq. Yang mungkin kubu munafiq ini adalah setiap orang yang mengaku muslim tetapi tunduk dan suka rela bekerja sama dengan orang kafir (baik itu di lakukan dengan lisannya saja maupun dengan seluruh potensi yang di miliki dia kerahkan).

Wallahu a’lam bish shawab

Turunnya ‘Isa Al Masih

oleh : Al Ustadz Ahmad Rofi’i, Lc.

بسم الله الرحمن الرحيم

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allooh سبحانه وتعالى,

Bahasan kali ini adalah mengenai Tanda – Tanda Qiyamah Kubro (Kiamat Besar) yang ketiga (Asyrootussaa’ah Al Kubro) yaitu turunnya Nabi ‘Isa عليه السلام.

Ada beberapa perkara dalam bahasan ini, yaitu :

    1. Landasan dan dalil bahwa Nabi ‘Isa عليه السلام akan turun ke bumi, yaitu Al Qur’an dan Sunnah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.
    2. Status Hadits tentang turunnya Nabi ‘Isa عليه السلام.
    3. Bagaimana para ‘Ulama Ahlus Sunnah menyikapi Hadits-hadits tersebut.
    4. Sifat Nabi ‘Isa عليه السلام dan apa yang akan dilakukannya.
    5. Tempat munculnya Nabi ‘Isa عليه السلام.
    6. Berapa lama Nabi ‘Isa عليه السلام akan hidup.
    7. Para ‘Ulama menyimpulkan terhadap Firman Allooh سبحانه وتعالى dan Sabda Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم mengenai turunnya Nabi ‘Isa عليه السلام.
    8. Hikmah diturunkannya Nabi ‘Isa عليه السلام.

1.   Landasan dan Dalil

Berikut ini adalah berapa dalil yang menyatakan bahwa Nabi ‘Isa عليه السلام akan turun kembali ke bumi. Nabi ‘Isa عليه السلام yang akan diturunkan oleh Allooh سبحانه وتعالى kembali ke bumi itu adalah Nabi ‘Isa عليه السلام yang dulu pernah Allooh سبحانه وتعالى bangkitkan, dan dalam riwayat Nabi ‘Isa عليه السلام berusia 33 tahun. Sehingga ada ‘Ulama yang menyatakan bahwa Nabi ‘Isa عليه السلام akan turun kembali ke bumi dan hidup selama 7 (tujuh) tahun. Jadi jumlah umur beliau عليه السلام seluruhnya adalah 40 tahun. Dan ada pula penjelasan dari para ‘Ulama terhadap ke-shohiihan Hadits tersebut, sehingga berarti jumlah 40 tahun itu adalah umur 33 tahun ketika diangkat, dan ketika diturunkan kembali ke bumi selama 7 tahun.

Pertama, sebagaimana firman Allooh سبحانه وتعالى dalam Al Qur’an Surat Az Zukhruf (43) ayat 61 :

وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِّلسَّاعَةِ فَلَا تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُونِ هَذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيمٌ

Artinya:

Dan sesungguhnya ‘Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.

Abdullooh bin ‘Abbas رضي الله عنه menafsiirkan tentang ayat tersebut, bahwa yang dimaksud adalah keluarnya Nabi ‘Isa putera Maryam عليه السلام sebelum hari Kiamat. Inilah yang menjadi dasar keyakinan para ‘Ulama Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah bahwa Nabi ‘Isa عليه السلام akan turun menjelang hari Kiamat.

Kedua, juga firman Allooh سبحانه وتعالى dalam Surat Muhammad (47) ayat 4 :

فَإِذا لَقِيتُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا فَضَرْبَ الرِّقَابِ حَتَّى إِذَا أَثْخَنتُمُوهُمْ فَشُدُّوا الْوَثَاقَ فَإِمَّا مَنّاً بَعْدُ وَإِمَّا فِدَاء حَتَّى تَضَعَ الْحَرْبُ أَوْزَارَهَا ذَلِكَ وَلَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَانتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَكِن لِّيَبْلُوَ بَعْضَكُم بِبَعْضٍ وَالَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَلَن يُضِلَّ أَعْمَالَهُمْ

Artinya:

Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka, maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berhenti. Demikianlah, apabila Allooh menghendaki, niscaya Allooh akan membinasakan mereka; tetapi Allooh hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Dan orang-orang yang gugur pada jalan Allooh, Allooh tidak akan menyia-nyiakan amal mereka.

Seperti dijelaskan oleh Imaam Al Baghowy رحمه الله dalam tafsir beliau tentang ayat ini,  maka yang dimaksud dengan mengalahkan orang-orang musyrikin dengan dibunuh dan ditawannya mereka itu sehingga semua penganut ajaran di dunia ini akan masuk ke dalam Islam.  Dan semua dien hanya lah untuk Allooh سبحانه وتعالى maka tidak ada setelah itu jihad atau peperangan.

Kapankah hal itu terjadi?  Ialah ketika turunnya Nabi ‘Isa putera Maryam عليه السلام.

Ayat tersebut, menurut beliau (Imaam Al Baghowy رحمه الله) menjelaskan bahwa perang tidak akan terjadi lagi setelah turunnya Nabi ‘Isa puteraMaryam عليه السلام, karena semua manusia ketika itu tunduk dan menganut Islam.

Ketiga, juga firman Allooh سبحانه وتعالى dalam Surat An Nisaa’ (4) ayat 159 :

وَإِن مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلاَّ لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيداً

Artinya:

Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (`Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari Kiamat nanti `Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.

Ayat tersebut ditafsirkan oleh Imaam Ibnu Jariir Ath Thobari رحمه الله, kata beliau dari Abu Maalik, bahwasanya yang dimaksud dari ayat tersebut adalah ketika turunnya Nabi ‘Isa putera Maryam عليه السلام, adalah tidak ada seorang pun dari Ahlul Kitab kecuali mereka akan beriman. Artinya, orang Yahudi dan Nasrani akan beriman karena Nabi ‘Isa عليه السلام telah turun dan itu diberitakan oleh Allooh سبحانه وتعالى dalam ayat tersebut.

Pelajaran terpenting dari ketiga ayat tersebut diatas adalah semuanya menjelaskan bahwa Nabi ‘Isa عليه السلام akan ada lagi, beliau عليه السلام akan turun lagi; dan Nabi ‘Isa عليه السلام akan berperan di akhir zaman untuk menjalankan tugas yang diperintahkan oleh Allooh سبحانه وتعالى baginya.

Dalam Hadits Shohiih diriwayatkan oleh Imaam Al Bukhoory no: 2476 dan Imaam Muslim no: 406 dari Abu Hurairoh رضي الله عنه, beliau berkata, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَنْزِلَ فِيكُمْ ابْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا مُقْسِطًا فَيَكْسِرَ الصَّلِيبَ وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيرَ وَيَضَعَ الْجِزْيَةَ وَيَفِيضَ الْمَالُ حَتَّى لَا يَقْبَلَهُ أَحَدٌ

Artinya:

“Tidak akan tegak hari Kiamat sehingga akan turun di tengah-tengah kalian Ibnu Maryam (Nabi ‘Isa عليه السلام), ia menjadi seorang hakim (penguasa) yang adil, dan akan mematah-matahkan (menurunkan) salib dan membunuh babi, serta akan menghentikan aturan jizyah (upeti, pajak). Harta akan melimpah, tidak ada lagi orang yang membutuhkan (mau menerima)  harta.”

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imaam Al Bukhoory dan Imaam Muslim, berarti Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah meyakini ke-shohiihan-nya, bahwa isi yang terkandung dalam Hadits tersebut adalah benar adanya. Kita harus membenarkannya. Yang tidak membenarkannya berarti ia tergolong Ingkar-Sunnah, bukan Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah. Berarti Nabi ‘Isa عليه السلام akan turun kembali ke bumi.

Juga dalam Hadits yang dirwayatkan oleh Imaam Al Bukhoory no: 7311 dan Imaam Muslim no: 5059, dari salah seorang Shohabat bernama Al Mughiroh bin Syu’bah رضي الله عنه, ia mendengar bahwa Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم bersabda:

لاََ يَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ ظَاهِرُونَ

Artinya:

“Senantiasa kelompok kecil dari umatku akan berperang diatas kebenaran (– berperang karena Allooh سبحانه وتعالى untuk meninggikan Laa Ilaaha Illallooh – pent.), mereka menang dan terus menerus seperti itu sampai terjadi hari Kiamat. Sedangkan mereka dalam keadaan menang.”

Juga terdapat penjelasan dalam Kitab “As Sunnan Al Waaridatu Fil Fitaani Wa Ghowaa-iliha Was Sa’aati Wa Asrootiha” V/1105 sebagai berikut ini:

فإذا كان يوم الجمعة من صلاة الغداة وقد أقيمت الصلاة فالتفت المهدي فإذا هو بعيسى بن مريم قد نزل من السماء في ثوبين كأنما يقطر من رأسه الماء فقال أبوهريرة إذا أقوم إليه يا رسول الله فأعانقه فقال يا أبا هريرة إن خرجته هذه ليست كخرجته الأولى تلقى عليه مهابة كمهابة الموت يبشر أقواما بدرجات من الجنة فيقول له الإمام تقدم فصل بالناس فيقول له عيسى إنما اقيمت الصلاة لك فيصلى عيسى خلفه(السنن الواردة في الفتن وغوائلها والساعة وأشراطها 5/1105

Artinya:

Maka pada hari Jum’at, ketika akan sholat Fajar dan Iqomat sudah dikumandangkan, maka Imaam Mahdi menengok, ternyata dilihatnya Isa bin Maryam عليه السلام telah turun dari langit, mengenakan dua baju, seolah dari kepalanya meneteskan air.”

Abu Hurairoh رضي الله عنه berkata, “Ya Rosuulullooh, jika aku menemuinya, aku merangkulnya.

Lalu Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Sesungguhnya keluarnya ini tidak seperti keluarnya (– Isa عليه السلام – pent.) yang pertama kali. Engkau akan menemui dia dalam keadaan berwibawa, dan disegani. Dia akan memberitahu kaum dengan tingkatan surga.” Lalu Imaam Mahdi mengatakan padanya, “Majulah anda dan jadilah Imaam (– sholat – pent.).”

Maka Isa عليه السلام berkata, “Sesungguhnya Iqomat telah dikumandangkan untukmu.”

Sehingga Nabi Isa عليه السلام pun sholat dibelakang Imaam Mahdi.”

Jadi dari hadits diatas, maka di akhir zaman nanti, ketika Imaam Mahdi sedang berada dalam barisan-barisan yang siap berperang dengan Ahlul Kitab, diantara mereka adalah orang-orang Yahudi dan Dajjal. Kemudian setelah siap hendak sholat, dan Iqomat telah disuarakan, maka Nabi ‘Isa عليه السلام pun muncul.

Lalu Imaam Mahdi berkata: “Wahai ‘Isa عليه السلام, silakan engkau menjadi Imaam”.

Kata Nabi ‘Isa عليه السلام: “Engkau yang menjadi Imaam, karena Iqomat telah ditegakkan.

Maka Imaam Mahdi pun menjadi Imaam Sholat dan Nabi ‘Isa عليه السلام menjadi ma’mum-nya. Setelah sholat selesai, kemudian kepemimpinan barulah diambil alih oleh Nabi ‘Isa عليه السلام.

Hal ini adalah sebagaimana dalam Hadits Shohiih Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 3449 dan Imaam Muslim no: 409, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda,

كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا نَزَلَ ابْنُ مَرْيَمَ فِيكُمْ وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ

Artinya:

Bagaimana dengan kalian, apabila ‘Isa bin Maryam عليه السلام turun kepada kalian, sedangkan Imaam kalian dari kalangan kalian sendiri.

Semua yang berkenaan dengan tanda Hari Kiamat adalah berita. Karena berita, maka berita itu harus valid dan shohiih. Bagi kita Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah tidak ada ruang bagi akal manusia untuk hal ini. Semua harus berdasarkan daliil, oleh karena itu bahasan dipadatkan dengan daliil, agar kita yakin bahwa semua ini bukanlah dari perkataan manusia, melainkan berdasarkan Wahyu yang datang dari Allooh سبحانه وتعالى dan telah disampaikan kepada kita melalui Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.

Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imaam Muslim no: 6820, dari Shohabat Abu Huroiroh رضي الله عنه, beliau berkata, “Aku mendengar Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda :

أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِعِيسَى الأَنْبِيَاءُ أَبْنَاءُ عَلاَّتٍ وَلَيْسَ بَيْنِى وَبَيْنَ عِيسَى نَبِىٌّ

 Artinya:

“Aku adalah orang yang lebih berhak diutamakan daripada ‘Isa عليه السلام. Para Nabi itu semuanya adalah anak-anak dari para ibu yang berbeda-beda, tetapi bapak mereka satu.Tidak ada Nabi antara aku dan ‘Isa عليه السلام”. 

Hadits Shohiih tersebut bagi kita harus menjadi pegangan, sekaligus sebagai bantahan bagi orang yang mengaku-ngaku dirinya sebagai nabi sesudah Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم seperti: Mirza Ghulam Ahmad, Ahmad Musadek dan lain-lain.

Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم selanjutnya pun bersabda bahwa:

Nabi ‘Isa عليه السلام akan turun. Jika kalian melihatnya maka kalian akan mengenalinya, orangnya berkulit putih kemerahan. Ia mengenakan dua baju.Rambutnya seolah-olah meneteskan air, meskipun tidak terkena basah”.

(Dalam Hadits lain disebutkan bahwa rambut Nabi ‘Isa عليه السلام keriting)

Lalu dalam Hadits Riwayat Imaam Ahmad no: 7665, dari Abu Hurairoh رضي الله عنه, menurut Syaikh Syu’aib Al Arnaa’uth sanadnya Shohiih sesuai dengan Syarat Imaam Al Bukhoory dan Imaam Muslim, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda,

والذي نفسي بيده ليوشك ان ينزل فيكم بن مريم حكما عادلا وإماما مقسطا يكسر الصليب ويقتل الخنزير ويضع الجزية ويفيض المال حتى لا يقبلها أحد

Artinya:

Demi yang jiwaku ditangan-Nya, Isa bin Maryam عليه السلام akan turun ditengah-tengah kalian sebagai Penguasa yang Adil, akan mematahkan salib, membunuh babi, membebaskan dari hukum Jizyah (– Pajak / Upeti – pent.) dan harta akan melimpah sehingga tidak ada yang mau menerimanya seorang pun.”

Dan dalam Hadits Riwayat Imaam Al Hakim no: 4163, beliau berkata Hadits ini sanadnya Shohiih, hanya saja Imaam Al Bukhoory dan Imaam Muslim tidak mengeluarkannya dan Imaam Adz Dzahaby dalam Kitab “At Tarkhiiskh” menyatakan bahwa Hadits ini Shohiih; dari Abu Hurairoh رضي الله عنه bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda,

إن روح الله عيسى ابن مريم نازل فيكم فإذا رأيتموه فاعرفوه رجل مربوع إلى الحمرة و البياض عليه ثوبان ممصران كان رأسه يقطر و إن يصبه بلل فيدق الصليب و يقتل الخنزير و يضع الجزية و يدعو الناس إلى الإسلام فيهلك الله في زمانه المسيح الدجال و تقع الأمنة على أهل الأرض حتى ترعى الأسود مع الإبل و النمور مع البقر و الذئاب مع الغنم و يلعب الصبيان مع الحيات لا تضرهم فيمكث أربعين سنة ثم يتوفى و يصلي عليه المسلمون

Artinya:

Sesungguhnya Roh Allooh سبحانه وتعالى, ‘Isa عليه السلامakan turun ditengah-tengah kalian. Maka jika kalian melihatnya, maka kenalilah dia. Dia adalah berkulit putih kemerah-merahan dan mengenakan dua baju, seakan kepalanya meneteskan air dan basah. Dia akan menghancurkan salib, membunuh babi, menghapuskan hukum Jizyah dan menyeru manusia pada Islam, membinasakan Dajjal dan meletakkan amanah (keamanan) diatas muka bumi sehingga singa dengan unta bergembala bersama, singa dengan sapi, serigala dengan kambing dan anak kecil bermain ular, tidak membahayakan mereka. Nabi ‘Isa عليه السلام akan menetap 40 tahun, kemudian meninggal dan disholati oleh kaum Muslimin.”

2.   Status Hadits

Intinya dalam Hadits tersebut bahwa Nabi ‘Isa عليه السلام akan diturunkan kembali oleh Allooh سبحانه وتعالى, tidak boleh ada keraguan tentang hal ini.

Ada beberapa Kitab yang khusus membahas tentang turunnya Nabi ‘Isa عليه السلام. Hendaknya itu menjadi dasar bagi kita untuk meyakini kebenaran adanya peristiwa turunnya Nabi ‘Isa عليه السلام tersebut.

Kata para ‘Ulama Ahlus Sunnah bahwa Hadits tentang turunya Nabi ‘Isa عليه السلام adalahMuttawatir. Karena Haditsnya adalah Muttawatir, maka orang Mu’tazilah dan orangRasionalis-pun, mereka akan membenarkan dan meyakininya.

3.   Sikap ‘Ulama Ahlus Sunnah Terhadap Hadits tersebut

Berikut ini apa yang dikatakan oleh Imaam Ibnu Katsiir رحمه الله. Dalam Tafsiir Ibnu Katsiir, dikatakan bahwa Hadits-Hadits tentang turunnya Nabi ‘Isa عليه السلام derajatnya adalahMuttawatir dari banyak Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم antara lain: Abu Hurairoh, ‘Abdullooh Ibnu Mas’uud, ‘Utsman bin Abdil ‘Ash, An Nuwwas bin Sam’an, ‘Abdullooh bin ‘Amr bin Al ‘Ash, dan Majma’ Libni Jaariyah, Abu Syarihah Hudzaifah Ibnu ‘Usaid رضي الله عنهم.

Itulah nama-nama para Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم yang meriwayatkan tentang turunnya Nabi ‘Isa عليه السلام. Sehingga menurut Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah bahwa apabila Hadits diriwayatkan oleh sekian banyak orang kepada sekian banyak orang, maka tidak mungkin adanya kesepakatan dusta atas-nama Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Dengan demikian Hadits yang seperti itu disebut Hadiits Muttawatir. Hadits Muttawatir harus diyakini dan dibenarkan, karena derajatnya adalah sama dengan Al Qur’an.

Ijma’ adalah Kesepakatan. Dikemukakan oleh seorang ‘Ulama Ahlus Sunnah bernamaImaam As Safaariiny رحمه الله dalam Kitab Lawaami’ul Al Anwaar Al Bahiyyah”, beliau berkata: “Ummat Islam telah bersepakat terhadap turunnya Nabi ‘Isa عليه السلام, tidak ada seorangpun yang menyelisihi kesepakatan itu dari kalangan Ahli Syari’ah, yaitu Ahlus Sunnah. Yang mengingkari akan turunnya Nabi ‘Isa عليه السلام adalah para ahli Filsafat, dan orang-orang yang menyimpang dari ajaran ini, yang tidak dianggap berarti jika mereka itu menyelisihi. Nabi ‘Isa عليه السلام akan turun dari langit dan akan tetap menjalankan hukum-hukum Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.

4.   Sifat Fisik dan Tugas Yang Akan Dilakukan oleh Nabi ‘Isa عليه السلام

Berdasarkan dalil-dalil yang tersebut diatas, bahwa diantara sifat fisik Nabi ‘Isa عليه السلام adalah : Berkulit putih kemerahan, berambut keriting (ikal), dan berdada lebar.

Tugas Nabi ‘Isa عليه السلام:

Tugas Nabi ‘Isa عليه السلام yang paling pokok adalah mengerjakan lima perkara yaitu :

1.      Menghancurkan salib, sehingga tidak ada lagi salib di dunia ini.

2.      Membunuh babi.

3.      Membebaskan ummat dari hukum Jizyah (Pajak / Upeti),

4.      Menyeru kepada Al Islam, sehingga semua keyakinan di dunia ini ada dibawah Islam.

5.      Membunuh Ad Dajjal.

Semua itu adalah bagian bahwa Nabi Isa عليه السلام menetapkan, menjalankan dan men-dhohirkan Hukum-Hukum yang telah disunnahkan oleh Muhammad Rosuululloohصلى الله عليه وسلم

5.   Tempat Munculnya Nabi ‘Isa عليه السلام

Di mana Nabi ‘Isa عليه السلام akan muncul ?

Dalam Hadits Shohiih Riwayat Imaam Muslim no: 7560, dari Shohabat An Nuwwas bin Sam’an رضي الله عنه, beliau berkata bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:

فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ بَعَثَ اللَّهُ الْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ فَيَنْزِلُ عِنْدَ الْمَنَارَةِ الْبَيْضَاءِ شَرْقِىَّ دِمَشْقَ بَيْنَ مَهْرُودَتَيْنِ وَاضِعًا كَفَّيْهِ عَلَى أَجْنِحَةِ مَلَكَيْنِ إِذَا طَأْطَأَ رَأَسَهُ قَطَرَ وَإِذَا رَفَعَهُ تَحَدَّرَ مِنْهُ جُمَانٌ كَاللُّؤْلُؤِ فَلاَ يَحِلُّ لِكَافِرٍ يَجِدُ رِيحَ نَفَسِهِ إِلاَّ مَاتَ وَنَفَسُهُ يَنْتَهِى حَيْثُ يَنْتَهِى طَرْفُهُ فَيَطْلُبُهُ حَتَّى يُدْرِكَهُ بِبَابِ لُدٍّ فَيَقْتُلُهُ ثُمَّ يَأْتِى عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ قَوْمٌ قَدْ عَصَمَهُمُ اللَّهُ مِنْهُ فَيَمْسَحُ عَنْ وُجُوهِهِمْ وَيُحَدِّثُهُمْ بِدَرَجَاتِهِمْ فِى الْجَنَّةِ فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ أَوْحَى اللَّهُ إِلَى عِيسَى إِنِّى قَدْ أَخْرَجْتُ عِبَادًا لِى لاَ يَدَانِ لأَحَدٍ بِقِتَالِهِمْ فَحَرِّزْ عِبَادِى إِلَى الطُّورِ. وَيَبْعَثُ اللَّهُ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ فَيَمُرُّ أَوَائِلُهُمْ عَلَى بُحَيْرَةِ طَبَرِيَّةَ فَيَشْرَبُونَ مَا فِيهَا وَيَمُرُّ آخِرُهُمْ فَيَقُولُونَ لَقَدْ كَانَ بِهَذِهِ مَرَّةً مَاءٌ. وَيُحْصَرُ نَبِىُّ اللَّهُ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ حَتَّى يَكُونَ رَأْسُ الثَّوْرِ لأَحَدِهِمْ خَيْرًا مِنْ مِائَةِ دِينَارٍ لأَحَدِكُمُ الْيَوْمَ فَيَرْغَبُ نَبِىُّ اللَّهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ فَيُرْسِلُ اللَّهُ عَلَيْهُمُ النَّغَفَ فِى رِقَابِهِمْ فَيُصْبِحُونَ فَرْسَى كَمَوْتِ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ ثُمَّ يَهْبِطُ نَبِىُّ اللَّهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى الأَرْضِ فَلاَ يَجِدُونَ فِى الأَرْضِ مَوْضِعَ شِبْرٍ إِلاَّ مَلأَهُ زَهَمُهُمْ وَنَتْنُهُمْ فَيَرْغَبُ نَبِىُّ اللَّهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى اللَّهِ فَيُرْسِلُ اللَّهُ طَيْرًا كَأَعْنَاقِ الْبُخْتِ فَتَحْمِلُهُمْ فَتَطْرَحُهُمْ حَيْثُ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّهُ مَطَرًا لاَ يَكُنُّ مِنْهُ بَيْتُ مَدَرٍ وَلاَ وَبَرٍ فَيَغْسِلُ الأَرْضَ حَتَّى يَتْرُكَهَا كَالزَّلَفَةِ ثُمَّ يُقَالُ لِلأَرْضِ أَنْبِتِى ثَمَرَتَكِ وَرُدِّى بَرَكَتَكِ.

فَيَوْمَئِذٍ تَأْكُلُ الْعِصَابَةُ مِنَ الرُّمَّانَةِ وَيَسْتَظِلُّونَ بِقِحْفِهَا وَيُبَارَكُ فِى الرِّسْلِ حَتَّى أَنَّ اللِّقْحَةَ مِنَ الإِبِلِ لَتَكْفِى الْفِئَامَ مِنَ النَّاسِ وَاللِّقْحَةَ مِنَ الْبَقَرِ لَتَكْفِى الْقَبِيلَةَ مِنَ النَّاسِ وَاللِّقْحَةَ مِنَ الْغَنَمِ لَتَكْفِى الْفَخِذَ مِنَ النَّاسِ فَبَيْنَمَا هُمْ كَذَلِكَ إِذْ بَعَثَ اللَّهُ رِيحًا طَيِّبَةً فَتَأْخُذُهُمْ تَحْتَ آبَاطِهِمْ فَتَقْبِضُ رُوحَ كُلِّ مُؤْمِنٍ وَكُلِّ مُسْلِمٍ وَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ يَتَهَارَجُونَ فِيهَا تَهَارُجَ الْحُمُرِ فَعَلَيْهِمْ تَقُومُ السَّاعَةُ

Artinya:

Ketika Dajjal sedang berbuat kerusakan seperti itu, Allooh Azza Wa Jalla mengutus ‘Isa Almasih bin Maryam. Lalu ‘Isa bin Maryam turun di dekat menara putih di sebelah timur Damaskus, dengan mengenakan pakaian dua warna, sambil meletakkan dua telapak tangannya pada sayap dua malaikat. Apabila dia menundukkan kepalanya, hujan pun turun. Apabila dia mengangkat kepalanya, maka butir-butir air (– seperti mutiara –) berjatuhan dari kepalanya. Orang kaafir tidaklah mencium bau nafasnya melainkan mati atau bau nafasnya bisa dicium sejauh mata memandang. Dia mencari Dajjal, sehingga ditemukannya di pintu gerbang kota Ludd, lalu Dajjal dibunuhnya.

Kemudian ‘Isa bin Maryam mendatangi suatu kaum yang dilindungi oleh Allooh dari Dajjal, lalu ‘Isa bin Maryam mengusap wajah mereka dan memberitahukan kepada mereka mengenai derajat mereka di surga. Ketika ‘Isa bin Maryam dalam keadaan begitu, Allooh mewahyukan kepadanya, “Sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hamba-Ku yang tidak terkalahkan oleh siapa pun. Karena itu selamatkanlah hamba-hamba-Ku yang shoolih ke bukit.”

Kemudian Allooh mengeluarkan Ya’juj dan Ma’juj (mereka turun ke segala penjuru dari tempat yang tinggi (Al Anbiyaa’ ayat 96). Kelompok mereka yang pertama kali melewati telaga Thabariyyah / Thiber, kemudian mereka meminum airnya hingga habis. Kelompok mereka yang akhir lewat pula, lalu mereka mengatakan, “Sungguh di tempat ini dulu ada air.”

Nabi ‘Isa dan para Shohabatnya terkepung, sehingga pada saat itu sebuah kepala sapi lebih berharga bagi mereka daripada uang seratus dinar sekarang ini. Nabi ‘Isa bin Maryam dan para Shohabatnya berdo’a agar Allooh menghancurkan Ya’juj dan Ma’juj beserta pengikutnya. Lalu Allooh menimpakan kepada mereka penyakit hidung seperti yang melanda hewan, sehingga mereka mati semuanya.

Kemudian Nabi ‘Isa dan para Shohabatnya tiba di suatu tempat di bumi. Mereka tidaklah mendapati sejengkal tanah melainkan penuh dengan bangkai-bangkai busuk, maka Nabi ‘Isa dan para pengikutnya berdo’a kepada Allooh Azza Wa Jalla. Sehingga, Allooh mengutus burung-burung sebesar punuk onta yang membawa bangkai-bangkai manusia tersebut, untuk dibuang di tempat yang dikehendaki oleh Allooh Azza Wa Jalla.

Kemudian Allooh menurunkan hujan yang menyirami setiap rumah di kota dan di desa, sehingga bumi menjadi bersih setelah tersiram hujan.

Lalu diperintahkan kepada bumi, “Munculkan buah-buahanmu, dan kembalikan keberkahanmu !”

Pada hari itu sekelompok keluarga bisa kenyang dengan memakan sebuah delima dan bisa berteduh di bawah kulit buah delima. Air susu juga penuh berkah, sehingga susu seekor onta cukup untuk sekelompok orang, susu seekor sapi cukup untuk orang satu kabilah, dan susu seekor kambing cukup untuk orang sekeluarga dekat.

Ketika mereka seperti itu, Allooh mengirimkan angin baik melewati ketiak mereka. Angin tersebut merenggut nyawa setiap mukmin dan muslim, sehingga tinggallah orang-orang yang jahat / jelek yang berhiruk-pikuk bagai hiruk-pikuknya keledai, maka terjadilah kiamat yang menimpa mereka.”

Jadi ketika barisan antara orang-orang dari kalangan Imaam Mahdi dan kalangan Dajjal, serta pengikutnya termasuk orang-orang Yahudi sudah berada dalam keadaan siap berperang, maka pada saat itu Allooh سبحانه وتعالى mengutus Nabi ‘Isa عليه السلام untuk turun di sebuah MenaraPutih sebelah timur Damaskus (Syiria). Nabi ‘Isa عليه السلام meletakkan kedua tangannya pada kedua sayap malaikat, jika ia menggerakkan rambutnya maka akan meneteskan air dan bila mengangkat kepalanya seolah-olah seperti permata berlian. Kalau ada orang kaafir yang bertemu dengannya dan mencium bau nafasnya maka orang kaafir itu akan menjadi mati. Nabi ‘Isa عليه السلام akan menyeret Dajjal sampai ke pintu gerbang Kota Ludd, kemudian disana Dajjal dibunuh oleh Nabi ‘Isa عليه السلام.  Kemudian kepada Nabi ‘Isa عليه السلام, datanglah suatu kaum yang dijaga oleh Allooh سبحانه وتعالى dari Dajjal, lalu ‘Isa عليه السلام pun mengusap wajah-wajah mereka dan menceritakan kepada mereka derajat mereka di surga, dan seterusnya.

Ada penjelasan dari Imaam Ibnu Katsiir رحمه الله dalam Kitab Tafsiir beliau رحمه الله yang berjudulAn Nihaayah Fil Fitan wal Malaahim, kata beliau رحمه الله: “Keterangan yang termasyhur tentang dimana akan turunnya Nabi ‘Isa عليه السلام, ialah di Menara Putih sebelah timur Damaskus, (di masjid sebelah timur Damaskus).”

Kata Imaam Ibnu Katsir رحمه الله: “Mudah-mudahan ini riwayat yang terpelihara (yang benar).”  Kata beliau رحمه الله selanjutnya: “Tidak ada di Damaskus disebut menara sebelah timur. Yang ada adalah di sebelah timur masjid ‘Umawi (kerjaan Mu’awwiyah).”

Inilah yang paling tepat karena: “Nabi ‘Isa عليه السلام akan turun sedang Iqomat sudah ditegakkan.”

6.   Masa Hidup Nabi ‘Isa عليه السلام

Masa Hidup Nabi ‘Isa عليه السلام.

Ada dua versi dalam Hadits, pertama sebagaimana dalam Hadits Abu Hurairoh رضي الله عنه, yang telah dijelaskan diatas, bahwa Nabi ‘Isa عليه السلام akan tinggal selama 40 tahun, kemudian meninggal dan disholatkan oleh kaum Muslimin.

Kedua, dalam Hadits yang lain, diriwayatkan oleh Imaam Muslim no: 7568 bahwa berdasarkan riwayat ‘Abdullooh bin Amr bin Al Ash رضي الله عنه, beliau berkata bahwa Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم bersabda:

يَخْرُجُ الدَّجَّالُ فِى أُمَّتِى فَيَمْكُثُ أَرْبَعِينَ – لاَ أَدْرِى أَرْبَعِينَ يَوْمًا أَوْ أَرْبَعِينَ شَهْرًا أَوْ أَرْبَعِينَ عَامًا – فَيَبْعَثُ اللَّهُ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ كَأَنَّهُ عُرْوَةُ بْنُ مَسْعُودٍ فَيَطْلُبُهُ فَيُهْلِكُهُ ثُمَّ يَمْكُثُ النَّاسُ سَبْعَ سِنِينَ لَيْسَ بَيْنَ اثْنَيْنِ عَدَاوَةٌ ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّهُ رِيحًا بَارِدَةً مِنْ قِبَلِ الشَّأْمِ فَلاَ يَبْقَى عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ أَحَدٌ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ أَوْ إِيمَانٍ إِلاَّ قَبَضَتْهُ حَتَّى لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ دَخَلَ فِى كَبَدِ جَبَلٍ لَدَخَلَتْهُ عَلَيْهِ حَتَّى تَقْبِضَهُ

Artinya:

Dajjal akan keluar pada ummatku, kemudian akan hidup 40 — saya tidak tahu 40 harikah, 40 bulankah atau 40 tahunkah – sehingga Allooh سبحانه وتعالى bangkitkan ‘Isa bin Maryam عليه السلام,dalam bentuk seperti ‘Urwah bin Mas’uud, mengejar dan membinasakannya. Kemudian manusia tinggal selama 7 tahun. Yang satu tidak memusuhi yang lain, kemudian Allooh سبحانه وتعالى turunkan angin yang dingin dari arah Syam, sehingga tidak ada yang tersisa di permukaan bumi ini seorang pun, yang ada didalam hatinya sebiji sawit kebaikan atau iman kecuali akan dicabut nyawanya, sehingg seandainya seorang dari kalian akan bersembunyi didalam sebuah gunung, maka angin itu pun akan memasukinya dan mencabut nyawanya.”

Jadi pada masa Nabi ‘Isa عليه السلام nanti, masyarakat akan damai sentausa.

Lalu sesudah 7 tahun, pada masa itu orang beriman akan mati dihempas oleh angin dingin yang Allooh سبحانه وتعالى kirimkan dari arah negeri Syam.

Yang menjadi masalah adalah, bahwa dalam Hadits tersebut Rosuulullooh صلى الله عليه وسلمmenyebutkan bahwa Nabi ‘Isa عليه السلام akan tinggal selama 7 tahun. Sementara itu dalam Hadits yang lain, diriwayatkan oleh Imaam Muslim bahwa Nabi ‘Isa عليه السلام akan hidup selama 40 tahun.

Dalam Musnad Imaam Ahmad no: 24511, dari ‘Aa’isyah رضي الله عنها, menurut Syaikh Syuaib Al Arnaa’uth sanadnya adalah Hasan.

ثم يمكث عيسى عليه السلام في الأرض أربعين سنة إماما عدلا وحكما مقسطا

Artinya:

Kemudian ‘Isa عليه السلام akan hidup di bumi ini selama 40 tahun, menjadi Imaam yang adil dan Penguasa yang adil.”

Kesimpulan dari kedua versi Hadits diatas adalah sebagaimana yang ditulis oleh Syaikh ‘Abdullooh bin Sulaiman Al Ghufaily dalam Kitabnya Asyrootussaa’ah. Kata beliau, “Yang benar, sebagaimana yang didukung oleh riwayat Imaam Jalaaluddiin As Suyuuthi رحمه الله dalam Kitabnya Ad Durrul Mantsuur, bahwa Nabi ‘Isa عليه السلام akan hidup selama 40 tahun, tetapi 40 tahun itu seolah-olah seperti 4 tahun karena ketika itu hari sangat cepat berjalan.” Hadits tersebut adalah dari Abu Hurairoh رضي الله عنه, diriwayatkan oleh ‘Abd bin Humaid.

 

7.   Kesimpulan Para ‘Ulama Tentang Turunnya Nabi ‘Isa عليه السلام

Dibawah ini adalah pernyataan para ‘Ulama Ahlus Sunnah, tentang keyakinan mereka terhadap Nabi ‘Isa عليه السلام.

Pertama, seperti dikatakan oleh Imaam Abul Hasan Al Asy’aary رحمه الله (setelah beliau رحمه الله menjadi seorang Salafiruju’ dari paham Mu’tazilah yang menyimpang kembali ke manhaj Salaf), yang mana beliau menulis Kitab yang berjudul Maqoolaat Al Islaamiyyiin Wakhtilaaf Al Musholliin, beliau mengatakan bahwa:

Menyatakan beriman kepada Allooh سبحانه وتعالى, kepada para Malaikat-Nya, kepada Kitab-Nya, kepada rosuul-rosuul-Nya dan beriman pula kepada apa yang datang dari Allooh سبحانه وتعالى, apa yang diriwayatkan oleh orang-orang terpercaya dari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, tidak menolak dari apapun semua itu dan mereka membenarkan tentang akan keluarnya Dajjal, bahwa Nabi ‘Isa عليه السلام akan membunuh Dajjal, dan mengimani semua apa yang berasal dari kata-kata mereka.

Imaam Abul Hasan Al Asy’aary رحمه الله awalnya adalah seorang Asy’aariyyah, yang di Indonesia diyakini sebagai tokoh Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah. Sayangnya apa yang diyakini oleh sebagian kalangan kaum Muslimin Indonesia tersebut adalah keyakinan di masa ketika Imaam Abul Hasan Asy’aary رحمه الله masih berpaham Asy’aariyyahjadi dimasa ketika beliau رحمه الله BELUM bertaubat dan belum kembali (ruju’) kepadamanhaj Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Akibatnya banyak terjadi kesalahan sebagian kalangan kaum Muslimin di Indonesia dalam memahami Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah manhaj Salafush Shoolih. Hal tersebut adalah akibat kesalahan dalam mengambil ‘ilmu dari Imaam Abul Hasan Al Asy’aary رحمه الله ini. Sehingga di Indonesia, yang banyak berkembang bukannya paham Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah, melainkan adalah pahamAsy’aariyyah. Hendaknya kaum Muslimin Indonesia mewaspadai hal ini, dan kembali kepada paham Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah yang benar.

Adapun perkataan beliau yang disampaikan diatas dalam kajian kita kali ini adalah perkataan Imaam Abul Hasan Al Asy’aary رحمه الله setelah beliau رحمه الله bertaubat dari paham Mu’tazilah-nya, atau dengan kata lain, ketika beliau رحمه الله sudah berposisi sebagai seorang Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah.

Kedua, menurut ulama lain seperti Muhammad Siddiiq Hasan Khoon Al Qonuji, beliau mengatakan dalam Kitabnya Al ‘Idzaa’ah, kata beliau, “Hadits-Hadits tentang turunnya Nabi ‘Isa عليه السلام adalah banyak. Disebutkan oleh Imaam Asy Syaukaany رحمه الله terdapat 29 Hadits antara Shohiih, Hasan dan Dho’iif  yang terdukung. Diantaranya adalah yang kami sebut dalam Hadits-Hadits tentang Dajjal. Bahkan ada yang disebut-sebut dalam Hadits tentang Imaam Mahdi. Semua itu satu-sama lain digabungkan, dan semua itu berasal dari para Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dan semuanya termasuk dalam hukum Hadits yangMarfu’, karena itu tidak ada satu kebolehan untuk ber-Ijtihad dalam perkara-perkara berita seperti tentang Nabi ‘Isa عليه السلام.

Kemudian dijelaskan tentang beberapa Hadits yang kata beliau adalah termasuk Hadits yang sampai pada derajat Muttawatir.

Semua itu adalah perkataan para ulama bahwa turunnya Nabi ‘Isa عليه السلام adalah pasti.  Termasuk ‘Ulama Ahlus Sunnah di zaman sekarang seperti Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albaany رحمه الله, beliau berkata bahwa, “Hadits-Hadits tentang Dajjal dan Hadits-Hadits tentang turunnya Nabi ‘Isa عليه السلام adalah Muttawatir. Wajib meng-imaninya dan jangan gentar dengan apa yang diklaim oleh orang-orang yang tidak meyakini Hadits Ahad. Sebab mereka adalah orang-orang yang bodoh, yang tidak punya kemampuan untuk mengikuti jalan-jalan Hadits. Padahal kalau mereka melakukannya, maka mereka akan mengetahui bahwa Hadits-hadits tersebut adalah Muttawatir.”

8.   Hikmah Turunnya Nabi ‘Isa عليه السلام di Akhir Zaman.

1.      Kita meyakini Nabi ‘Isa عليه السلام dan turunnya beliau عليه السلام merupakan bantahan terhadap orang-orang Yahudi  bahwa mereka telah membunuhnya dahulu; dan juga bantahan kepada orang-orang Nasrani yang menjelmakan Nabi ‘Isa عليه السلام yang lalu kata mereka bahwa Nabi ‘Isa عليه السلام telah terbunuh dikeroyok oleh Yahudi dan disalib. Karena yang disalib itu bukanlah Nabi ‘Isa عليه السلام melainkan orang yang diserupakan oleh Allooh سبحانه وتعالى seperti Nabi ‘Isa عليه السلام. Sedangkan Nabi ‘Isa عليه السلام diangkat oleh Allooh سبحانه وتعالى ke langit. Dengan turunnya Nabi ‘Isa عليه السلام, mereka akan terbantahkan karena ternyata Nabi ‘Isa عليه السلام masih hidup dan diturunkan kembali ke bumi oleh Alloohسبحانه وتعالى.

Perhatikanlah firman Allooh Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. An Nisaa’ (4) ayat 157 :

وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَـكِن شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُواْ فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِّنْهُ مَا لَهُم بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلاَّ اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِيناً

Artinya:

Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, `Isa putra Maryam, Rosuul Allooh”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan `Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) `Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah `Isa.”

2.      Nabi ‘Isa عليه السلام wafat dan dikubur di dalam tanah. Nabi ‘Isa عليه السلام adalah manusia  berasal dari anak-cucu Nabi ‘Adam عليه السلام, seperti disebutkan dalam Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 6281, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda,

أَبي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ مِنْ عَلاَّتٍ وَأُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ فَلَيْسَ بَيْنَنَا نَبِىٌّ

Artinya:

Para Nabi itu adalah bersaudara dari bapak yang sama, ibu mereka berbeda-beda, dien mereka adalah satu. Tidak ada Nabi diantara aku dengan ‘Isa عليه السلام.”

Berasal dari bapak yang sama, sedangkan ibunya berbeda-beda, maksudnya Syari’at mereka berbeda-beda, tetapi dien mereka satu.

Jadi Nabi ‘Isa عليه السلام adalah sama dengan nabi-nabi yang lain karena berasal dari tanah, maka meninggalnya pun kembali ke tanah. Maka seperti disebutkan dalam riwayat diatas, Nabi ‘Isa عليه السلام akan wafat dan disholatkan oleh kaum muslimin dan akan dikuburkan. Dan itu berarti Nabi ‘Isa عليه السلام adalah sama dengan nabi-nabi yang lain.

3.      Turunnya Nabi ‘Isa عليه السلام adalah membantah orang-orang Nasrani yang mengatakan bahwa Nabi ‘Isa عليه السلام sudah berkorban menjadi penebus dosa dan rela mati untuk membalas dosa umatnya. Padahal Nabi ‘Isa عليه السلام tidak meninggal, tetapi diangkat oleh Allooh سبحانه وتعالى ke langit.

Perhatikanlah firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Aali ‘Imroon (3) ayat 55:

إِذْ قَالَ اللّهُ يَا عِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُواْ وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُواْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

Artinya:

“(Ingatlah), ketika Allooh berfirman: “Hai ‘Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Aku lah kembalimu, lalu Aku memutuskan diantaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya“.

4.      Adalah Mu’jizat Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم bahwa apa yang diberitakan beliau صلى الله عليه وسلم betul-betul akan terjadi. Sedang beliau صلى الله عليه وسلم bukanlah tukang sihir atau tukang ramal, melainkan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم benar-benar menerima Wahyu dari Allooh سبحانه وتعالى dan hanya menyampaikan saja kepada umatnya.

5.      Merupakan kekuasaan Allooh سبحانه وتعالى. Bahwa Allooh سبحانه وتعالى Maha Kuasa untuk menciptakan dan membuat jalan cerita bahwa Hari Kiamat itu ada yang Sughro (Kiamat Kecil atau mati) dan yang Kubro (Kiamat Besar). Lalu turunnya Imaam Mahdi, Dajjal, ‘Isa عليه السلام, dan seterusnya. Semua itu dihancurkan termasuk Dajjal (yang mengaku dirinya sebagai Tuhan dan mengaku bisa menunjukkan bahwa ini surga dan ini neraka), ternyata Dajjal pun akan dibunuh oleh Imaam Mahdi dan ‘Isa bin Maryam عليه السلام dan itu merupakan pertanda bahwa tidak selayaknya manusia berlaku sombong kepada Allooh سبحانه وتعالى. Karena Allooh سبحانه وتعالى dapat menghinakan orang-orang yang sombong terhadap Syari’at-Nya.  Bukan saja di akhirat, melainkan di dunia saja dia sudah dihinakan oleh Allooh سبحانه وتعالى .

Demikianlah tentang turunnya Nabi ‘Isa عليه السلام dan berikutnya insya Allooh kita akan bahas tentang Ya’juj dan Ma’juj dan seterusnya sampai dengan akhir Tanda Hari Kiamat Kubro.

Sumber : BlogUstAhmadRofi’i